Segitiga Exposure
12 Nov 2013Segitiga Exposure
Pada artikel sebelumnya kita sudah membahas bahwa untuk mengatur cahaya sesuai indikator light meter, kita bisa mengubah tiga variabel, yaitu:
- ISO
- Aperture
- Shutter Speed
Ketiga variabel ini disebut dengan istilah segitiga exposure / exposure triangle.
Lalu dari tiga variabel yang tersedia, mana yang kita ubah? Penjelasan singkatnya bisa dilihat di infografik berikut.
Infografis diambil dari sini
Bingung karena bahasanya Inggris? Butuh penjelasan lebih detail? Harus lihat contoh foto supaya mengerti?
Silahkan klik untuk penjelasan dalam bahasa Indonesia.
ISO
Kita ingin menggunakan ISO serendah mungkin, karena semakin tinggi ISO semakin jelek kualitas fotonya. Bandingkan foto berikut yang diambil dengan ISO 100
dengan foto berikut, diambil dengan ISO 1600
Seperti kita bisa lihat, foto dengan ISO tinggi terlihat memiliki banyak noise.
Walaupun demikian, seringkali kita tidak bisa menurunkan ISO sampai minimum, karena keterbatasan cahaya. Kalau nekat memakai ISO 100 di kondisi gelap, kita akan terpaksa membuka aperture lebar-lebar, atau menurunkan shutter speed. Seringkali kondisi ini tidak memungkinkan, seperti kita akan bahas.
Aperture
Aperture adalah lubang di lensa, ditunjukkan dengan angka f/xx
, contohnya f/2
atau f/16
. Semakin kecil angkanya, semakin besar lubangnya. Berikut adalah contoh lensa yang dibuka di f/2
.
Lensa yang sama, dibuka di f/16
tampak seperti ini
Kalau bukaan lebar, cahaya yang direkam sensor menjadi lebih banyak, sehingga kita bisa menurunkan ISO. Walaupun demikian, ruang tajam (depth-of-field) menjadi sempit. Coba lihat foto berikut
Objek di dekat kamera tampak tajam, sedangkan objek yang jauh tampak blur. Foto di atas dibuat dengan f/2
. Sekarang kita coba dengan f/16
.
Kita bisa lihat bahwa objek yang jauh tidak se-blur sebelumnya.
Seringkali kita tidak bisa membuka lensa lebar-lebar karena beberapa faktor, diantaranya:
- lensa kita cuma bisa dibuka sampai
f/3.5
. - kita ingin objek dekat dan jauh sama tajamnya, misalnya ketika memotret banyak orang dalam 5 saf. Orang di saf depan dan belakang harus tajam
Shutter Speed
Shutter speed (kecepatan rana) adalah kecepatan kamera berkedip
. Semakin lama dia membuka rana, semakin banyak cahaya masuk. Shutter speed di kamera saya bisa diatur mulai dari terbuka selama kita inginkan (bulb), sampai ke 1/4000 detik. Bila shutter speed cepat, kita bisa membekukan gerakan. Contohnya di foto berikut, kita bisa membekukan air muncrat di udara.
Foto di atas dibuat dengan shutter speed 1/250 detik
Bila shutter speed rendah, subjek akan terlihat blur bila dia bergerak dengan kecepatan tinggi. Bisa dilihat di foto berikut.
Lompatan subjek terlalu cepat untuk shutter speed 1/100 detik
Bila terlalu lama dibuka, bahkan kita bisa membuat mobil tidak terlihat. Di foto berikut, kita hanya melihat kilasan lampu rem. Mobilnya sendiri tidak terlihat.
Foto di atas dibuat dengan shutter speed 20 detik.
Panduan memilih shutter speed
Untuk membuat foto benda diam (contohnya produk atau potret orang berpose), shutter speed yang digunakan bebas berapa saja. Yang perlu diperhatikan adalah, kalau kamera kita pegang shutter speed jangan kurang dari 1/focal-length-lensa. Contohnya, bila kita menggunakan lensa 85mm, maka shutter speed jangan kurang dari 1/85 detik. Ini tujuannya untuk menghindari gambar blur karena tangan kita goyang pada saat memotret. Semakin panjang focal-length lensa, biasanya sudut pandangnya sempit. Sedikit gerakan saja, gesernya jauh. Ditambah lagi dengan faktor berat, semakin panjang focal-length, biasanya lensa semakin berat. Ini menyulitkan kita untuk memegang kamera dengan stabil.
Bila kita ingin memotret anak-anak berlarian, shutter speed harus agak tinggi supaya mampu membekukan gerakan subjek. Saya biasa menggunakan shutter speed di atas 1/100 detik.
Memahami stop
Jumlah cahaya yang ada di sekeliling kita dihitung dalam skala EV (exposure value). Penjelasan teknisnya bisa dibaca di Wikipedia. Fotografer pada umumnya mengenal selisih terang gelap dengan istilah stop
. Kalau kita dengar seperti ini
Fotonya terlalu terang 1 stop.
Artinya cahaya di foto kita dua kali lebih banyak dari seharusnya.
Coba dikurangi cahayanya 1 stop.
Artinya kita harus mengurangi cahaya setengah dari sebelumnya.
Naikkan 2 stop.
Artinya kita harus tambah 4x lipat. Satu stop pertama menjadi 2x lipat, dan satu stop berikutnya menjadi 4x lipat.
Kita bisa menaik-turunkan exposure dengan mengubah tiga variabel di atas. Contoh:
Turunkan 1 stop.
Bisa dilakukan dengan cara mengubah shutter speed dari 1/100 detik menjadi 1/200 detik, aperture dan ISO tidak berubah. Atau bisa juga dilakukan dengan mengubah ISO dari 400 menjadi 200, aperture dan shutter speed tidak berubah. Opsi terakhir, kita bisa ubah aperture dari f/4 menjadi f/5.6. Shutter speed dan ISO tidak berubah.
Di kamera jaman sekarang, biasanya satu kali klik setting berubah 1/3 stop. Jadi untuk turun satu stop dari ISO 400, kita harus putar 3 klik. Klik pertama menjadi ISO 320, klik kedua menjadi ISO 250, klik ketiga barulah sampai di ISO 200.
Demikian juga shutter speed, untuk turun satu stop dari 1/100 menjadi 1/200, putar 3 klik. Klik pertama menjadi 1/125, klik kedua menjadi 1/160, klik ketiga sampailah kita di 1/200.
Untuk ISO dan shutter speed mudah. Cukup kali/bagi dua saja setiap stop. Contohnya, ISO 100 naik 1 stop menjadi ISO 200. Shutter speed 1/400 turun 2 stop menjadi 1/100.
Yang lebih tricky adalah menghitung aperture, atau sering disebut dengan f-stop.
Tips menghafal f-stop
Seperti perkalian 1-10, sebaiknya kita hafalkan stop. Ini akan memudahkan kita menghitung exposure, apalagi nanti pada waktu menggunakan flash. Semakin cepat kita hitung, semakin cepat kita mengubah setting, sehingga subjeknya tidak keburu bete.
Triknya, gunakan kelipatan dua dan tujuh. Berikut urutan aperture dengan selisih 1 stop:
- f/1.4
- f/2
- f/2.8
- f/4
- f/5.6
- f/8
- f/11
- f/16
- f/22
- f/32
Yang ditandai miring adalah kelipatan 7, sedangkan yang tebal adalah kelipatan 2. Mudah kan?
Contoh soal:
Metering kita over 2 stop di 1/200 dan f/5.6. Kita ingin shutter speed tetap, berapa setting aperture yang sesuai?
Jawabannya disisakan buat PR pembaca ;)
Sepanjang artikel pertama mengenai metering dan artikel ini mengenai segitiga exposure, kita selalu menggunakan mode exposure manual. Sekarang setelah konsepnya kita pahami, kita bisa mencoba mode otomatis yang disediakan kamera.
Mode PASM
Kamera DSLR umumnya dilengkapi dengan minimal empat pilihan exposure, yaitu:
- Manual : tentukan sendiri ketiga variabel exposure
- Aperture Priority : tentukan ISO dan aperture, shutter speed otomatis dipilihkan kamera
- Shutter Priority : tentukan ISO dan shutter speed, aperture otomatis dipilihkan kamera
- Programmed Auto : tentukan ISO, kamera memilihkan kombinasi aperture dan shutter speed yang tepat. Pada waktu memutar dial, kamera akan menawarkan kombinasi lain. Misalnya pertama kita ditawari f/4 dan 1/200. Begitu kita putar, kita akan ditawari f/5.6 dan 1/100. Putar lagi, ditawari f/3.5 dan 1/400. Begitu seterusnya.
Keempat pilihan ini biasa disebut dengan istilah mode PASM. Aperture Priority di Nikon simbolnya A, di Canon Av. Shutter priority di Nikon simbolnya S, di Canon Tv.
Exposure Compensation
Seperti sudah dijelaskan di artikel sebelumnya –di bagian Metering dan Middle Grey–, kadangkala kita ingin secara sengaja membuat overexposure atau underexposure. Misalnya pada waktu ingin memotret baju putih atau baju hitam.
Kalau kita menggunakan setting Manual, kita tinggal sesuaikan tiga variabel sehingga indikator metering ada di sisi +
untuk overexposure dan -
untuk underexposure. Tapi kalau kita menggunakan mode lain (P,A,S) bagaimana caranya? Kamera pasti secara otomatis akan mengatur variabel sisanya supaya metering berada di tengah.
Jawabannya, ada fitur lain yang harus kita gunakan, yaitu exposure compensation. Tombolnya ditandai dengan simbol berikut
Gambar diambil dari sini
Bagaimana cara kerjanya?
Misalnya hasil metering menghasilkan 1/100 dan f/4. Bila kita mau underexposed satu 1 stop, berarti ada 2 kemungkinan:
- 1/200 dan f/4
- 1/100 dan f/5.6
Bila kita sedang berada di mode Shutter Priority, kamera akan mengubah shutter speed, sehingga kita akan diberikan 1/200 untuk f/4 yang kita pilih.
Bila kita sedang berada di mode Aperture Priority, 1/100 adalah pilihan kita sendiri, sehingga kamera akan menawarkan f/5.6 sebagai pasangannya.
Bila kita menggunakan mode Programmed Auto, pilihan 1/100 dan f/4 tidak akan diberikan ke kita. Kamera hanya akan menawarkan 1/200 f/4 atau 1/100 f/5.6
Mode mana yang sebaiknya digunakan ??
Sebetulnya terserah preferensi masing-masing. Saya sendiri selalu menggunakan mode Manual. Soalnya percuma juga menggunakan Aperture atau Shutter Priority, tetap saja kita harus mempertimbangkan over dan under dan menyesuaikannya dengan tombol Exposure Compensation. Akan lebih mudah buat saya melatih refleks penggantian shutter/aperture. Cukup menghafalkan dua tombol apapun situasinya.
Kalau butuh referensi lebih lanjut, bisa tonton video berikut ini
Supaya belajarnya lebih jelas dan tidak mengawang-awang, ada dua aplikasi simulator yang tersedia gratis di internet. Namanya Be The Camera dan Canon Play
Fitur yang disediakan:
- Pilihan jenis kamera, mulai dari smartphone, kamera kecil, sampai kamera besar
- Pilihan objek dan kondisi. Misalnya terang/gelap, diam/bergerak
- Setting segitiga exposure (shutter speed, aperture, ISO) dan metering
Di antara kedua aplikasi tersebut, Canon Play lebih bagus buatannya.
Sebetulnya ada satu lagi yang namanya CameraSim. Sayangnya dia menggunakan Flash, yang sudah tidak disupport lagi oleh mayoritas browser populer jaman now.
Workflow
Dengan bermodalkan ketiga variabel segitiga exposure, berikut adalah workflow yang biasa saya gunakan pada saat menggunakan mode Manual :
- Tentukan aperture. Ini disesuaikan dengan depth of field yang diinginkan. Misalnya kalau mau portrait 1 orang, bisa pakai bukaan lebar (f/2.8 ke bawah). Kalau mau foto grup 3 saf, pakai f/5.6 supaya yang di baris depan dan baris belakang tajam.
- Tentukan shutter speed. Bila ada kebutuhan khusus, misalnya gerakan cepat mau dibuat tajam, gunakan 1/250 atau lebih tinggi. Bila tidak ada kebutuhan tertentu, bisa pakai rumus 1/focal-length untuk menghindari getaran tangan yang bisa menyebabkan foto menjadi tidak tajam.
- Sesuaikan ISO sampai meteringnya pas atau dikompensasi sesuai kondisi objek yang mau dipotret. Bila objeknya dominan terang, taruh metering di +1 atau lebih. Demikian sebaliknya bila objeknya cenderung gelap, taruh jarum metering di -1 atau kurang.
- Jepret.
- Periksa histogram. Kalau tidak sesuai, ulangi dari langkah #1.
Contoh Kasus
Situasi: anak-anak bermain di kolam pada siang hari. Kita ingin membekukan cipratan air yang dimainkan anak-anak. Untuk itu kita set shutter speed yang tinggi, misalnya 1/400 detik. Set aperture di nilai yang aman, misalnya f/8. Intip viewfinder, sesuaikan ISO sampai indikator light meter ada di tengah, misalnya didapatkan nilai ISO 200. Jepret.
Contoh kedua, di dalam ruangan. Kita ingin membuat portrait orang. Biasanya kita buka aperture selebar mungkin, misalnya f/1.8. Karena objek tidak bergerak, kita cukup gunakan shutter speed 1/60 untuk menghindari blur akibat getaran tangan kita. Intip viewfinder, sesuaikan ISO sampai indikator light meter ada di tengah. Ternyata didapatkan ISO 320. Jepret.