Membeli Perlengkapan
17 Oct 2013Hobi fotografi identik dengan biaya tinggi. Untuk bisa memulai, kita harus beli kamera yang harganya mahal. Setelah itu, beli lensa, aksesoris ini itu, yang harganya juga selangit. Memang benar, fotografi bukan hal yang murah. Tapi ada trik agar kita bisa menekan budget dan tetap bisa berkreasi secara maksimal.
Sebelum kita lanjutkan, perlu diketahui bahwa artikel ini ditulis bagi pehobi yang baru ingin memulai (sehingga tidak tahu apa yang harus dibeli), dan memiliki budget terbatas. Bila budget Anda unlimited, tidak perlu membaca artikel ini. Silahkan langsung beli Nikon D3X (83 juta) dan lensa Nikon AF-S 600mm f/4G ED VR (116 juta) ;)
Saya membagi daftar belanja berdasarkan peningkatan skill fotografi kita. Pada waktu baru mulai, biasanya kita masih sangat awam terhadap teknik fotografi maupun cara menggunakan kamera. Di tahap ini, mau pakai kamera mahal sekalipun, hasilnya ya begitu-begitu saja, karena terbatas pada skill dan teknik kita.
Semakin mahir, kita akan menemui batasan-batasan perangkat. Ada hasil foto yang sudah kita bayangkan di pikiran atau kita lihat di internet, kita tahu teknik yang diperlukan untuk membuatnya, tapi perlengkapan kita tidak memadai. Inilah saatnya kita melakukan pembelian perangkat tahap selanjutnya.
Dengan pembagian tahap seperti ini, uang kita akan bisa termanfaatkan secara maksimal. Kita akan terhindar dari membeli sesuatu yang tidak perlu / jarang dipakai. Sukur-sukur pembelian tahap pertama kita sudah bisa menghasilkan uang dari proyek fotografi, sehingga bisa membiayai pembelian tahap berikutnya. Enak kan, punya hobi yang bisa membiayai diri sendiri?
Kita akan buat daftarnya, dan kemudian kita akan jelaskan lebih rinci di bawah.
-
Tahap pertama : budget 3 - 7 juta
- Bodi kamera
- Lensa kit
- Memori card
- Tas
-
Tahap kedua : budget 2 - 3 juta
- Lensa bukaan lebar (fast lens)
- 1 flash
- 1 set trigger
- Lightstand
- Payung
-
Tahap ketiga : budget sekuat kantong Anda
- Reflektor
- Softbox
- Gel
- Flash tambahan
Sekedar pembanding, berikut daftar perlengkapan yang saya miliki dan sudah saya anggap memadai untuk segala macam kondisi:
Berapa modalnya?
Berikut adalah rincian biaya (dalam ribuan rupiah)
Perlengkapan Utama
- Nikon D5100 Body Only (baru) : 5000
- Lensa AF-S 35mm f/1.8 DX : 2340
- Lensa AI-S 85mm f/2 : 2200
- Trigger Yong Nuo RF-603N : 350
- Flash Nikon SB-600 : 0 (minjam punya temen)
Aksesoris
- Memory Card Sandisk 32 GB Class 10 : 470
- Batere Sanyo Eneloop + Charger (untuk Flash) : 300
- Reflektor 5 in 1 80cm : 180
Tempat Penyimpanan
Kamera dan lensa tidak boleh disimpan di tempat lembab, karena akan mengundang jamur tumbuh disana. Bila sudah kena jamur, ongkos pembersihannya mahal. Untuk itu, kita butuh kotak kedap udara, pengukur kelembaban (hygrometer), dan penyerap kelembaban dalam udara (silica gel) sehingga kita bisa mengatur kelembaban udara dalam kotak di kondisi ideal, yaitu 35% - 45%.
- Lock and Lock : 314
- Silica Gel : 120
- Hygrometer : 90
- Tas Kamera : 70
Harga total : 11434
Mari kita bahas satu persatu.
Bodi Kamera
Berbagai Jenis Kamera
Jaman sekarang ada beberapa pilihan bodi kamera:
- point and shoot (P&S) / compact / superzoom / prosumer : istilah orang sini kamera saku
- DSLR : pakai prisma untuk lubang pengintip, lensa bisa diganti
- mirrorless : tidak pakai prisma (sehingga tipis), lubang pengintip elektronik, lensa bisa diganti
Contoh produk
- P&S : Nikon Coolpix P330, Canon PowerShot SX280, FujiFilm FinePix F660EXR
- DSLR : Nikon D3100, Canon 1100D
- Mirrorless : Sony Nex, Olympus Pen, FujiFilm X-Pro, Nikon 1
Perbandingan Jenis Kamera
Secara kualitas hasil (ketajaman, warna, noise, dsb), berikut urutannya dari yang paling bagus sampai yang kurang bagus:
- DSLR
- Mirrorless (selisih tipis)
- P&S (selisih lumayan signifikan)
Karena kualitas selisih tipis, orang mulai mikir masalah ukuran dan bobot. Bukan apa-apa, paket DSLR lengkap bisa bikin orang sakit punggung kalau dibawa seharian. Berikut urutan dari sisi ukuran dan bobot mulai yang paling kecil/ringan sampai paling besar/berat:
- P & S (bisa dimasukkan kantong)
- Mirrorless (body bisa masuk kantong, lensa tidak)
- DSLR (perlu tas sendiri)
Terakhir, dari sisi harga mulai yang termurah:
- P & S : kisaran 500 ribu - 8 juta. Contoh kamera P&S yang saya sebutkan di atas harganya berkisar di 2,5 juta
- Mirrorless : 4 - 17 juta
- DSLR : 4 - 83 juta
Seperti kita lihat, selisih harga antara mirrorless dan DSLR kelas menengah ke bawah relatif tipis. Kualitas gambar juga tidak terpaut jauh. Dengan demikian bagi pehobi berkantong lumayan, tinggal memilih antara bobot ringan mirrorless atau banyaknya pilihan lensa DSLR.
Memilih Merek
Dua merek yang paling populer saat ini adalah Canon dan Nikon. Selain itu masih ada Fuji, Sony, Olympus, dan lainnya. Semua merek bersaing ketat sehingga tidak bisa disebut siapa yang terbaik. Setiap satu merek mengeluarkan produk unggulan, selang beberapa minggu merek lain akan segera merilis produk yang setara.
Oleh karena itu, dalam memilih merek saran saya hanya satu saja
Pilihlah merek yang banyak digunakan teman Anda
Kenapa begitu? Pertama, untuk memudahkan pinjam-meminjam. Seringkali ada perangkat yang kita pakai jarang-jarang, misalnya flash, trigger, atau lensa. Atau seringkali kita ingin membeli suatu aksesoris, tapi ragu-ragu terhadap kinerja/kenyamanan/kecocokan/dan sebagainya. Kalau kita banyak teman yang menggunakan merek serupa, besar peluangnya mereka punya aksesoris tersebut dan bisa kita pinjam.
Alasan kedua, untuk memudahkan kita bertanya bila ada kesulitan. Teman-teman kita yang sudah lebih berpengalaman biasanya sudah lebih paham dan familiar dengan merek tersebut. Dimana letak tombol, konfigurasi, setting, dan berbagai tips pemakaian kamera akan lebih mudah ditanyakan bila yang kita tanyai menggunakan barang yang sama.
Rekomendasi
-
Budget longgar : DSLR kelas menengah (Nikon D5100 atau Canon 600D), atau mirrorless (Sony NEX-5, Olympus E-PL1 atau FujiFilm X-A1). Siapkan budget 5-10 juta untuk kamera, lensa, dan memory card.
-
Budget mepet : DSLR entry level (Nikon D3100 atau Canon 1100D), P&S yang punya mode Manual. Dengan 2-5 juta sudah bisa punya kamera.
Walaupun demikian, bila ingin belajar sampai tingkat lanjut, saya tidak merekomendasikan P&S karena dia tidak memiliki dudukan untuk memasang flash. Tanpa dudukan flash, kita tidak bisa belajar lighting. Daripada membeli P&S, lebih baik sabar menabung sedikit lagi. Selisih antara P&S dan DSLR entry level hanya 1-2 juta.
Ada satu fitur yang wajib dimiliki kamera bila ingin kita gunakan untuk belajar, yaitu mode setting manual. Tanpa mode ini, kita tidak bisa mengatur kamera secara maksimal. Misalnya foto long exposure seperti ini tidak bisa dibuat kalau settingnya tidak manual.
Tips dan Strategi
Untuk menekan budget, strategi yang biasa saya gunakan adalah membeli model bukan yang terbaru. Saya membeli Nikon D5100 pada saat seri terbaru D5200 baru saja dirilis. Ini menyebabkan harga D5100 menjadi turun signifikan. Biasanya model lama masih banyak tersedia stok baru di toko walaupun model terbaru sudah dirilis.
Demikian juga bila kita ingin mencari kamera second, inilah saat yang tepat. Banyak orang maniak upgrade yang akan segera membeli versi terbaru dan menjual versi (tidak terlalu) lama yang dia miliki.
Berbagai Mitos dan Jargon
Besaran yang biasa kita tanyakan pada waktu mencari kamera adalah,
Berapa megapixel?
Nah, sebetulnya megapixel ini sudah tidak terlalu penting lagi saat ini. Megapixel urusannya dengan pencetakan dan pembesaran. Sebagai ilustrasi, kamera 8 megapixel seperti kita temui di handphone masa kini, hasil fotonya bisa dicetak dengan kualitas bagus sampai ukuran 40 cm x 30 cm. Kamera digital jaman sekarang, minimal ukurannya 16 megapixel.
Yang lebih penting sebetulnya adalah kemampuannya di ISO tinggi. Semakin bagus kualitasnya di ISO tinggi, semakin bisa kita gunakan dalam kondisi gelap. Inilah salah satu faktor pembeda antara kamera DSLR dengan kamera handphone. Dalam kondisi terang benderang di siang hari, perbedaan kualitas hasilnya tidak terlalu terlihat. Tapi coba bandingkan kualitas hasilnya di ruangan yang gelap atau malam hari. Seperti bumi dan langit.
Lensa
Bila kita membeli DSLR entry-level biasanya sudah disertakan lensa bawaan, biasa disebut dengan istilah lensa kit. Lensa ini sudah sangat memadai. Hasil jepretannya bisa dilihat di foto Sate Padang Ampek Limo berikut.
Keterbatasan lensa ini adalah bukaan diafragma yang relatif kecil, sehingga mengurangi kemampuan di cahaya minim (misalnya dalam ruangan atau malam hari) dan memburamkan (blur) latar belakang. Foto berikut ini sulit dilakukan dengan lensa kit, karena ruangannya gelap dan saya perlu memisahkan subjek utama (orang) dengan latar belakang menggunakan teknik ruang tajam (depth of field
). Kedua hal ini (gelap dan ruang tajam) membutuhkan bukaan diafragma yang besar.
Walaupun demikian, tidak perlu berkecil hati. Justru dengan keterbatasan bukaan kecil kita bisa mengasah kemampuan komposisi kita. Genre fotografi tertentu seperti landscape
(pemandangan alam), street photography
atau environmental portrait
justru membutuhkan bukaan yang kecil.
Foto di atas diambil menggunakan lensa kit 18-70mm bawaan Nikon D70s.
Kalau ada budget sisa, kita bisa membeli lensa prime 50mm yang memiliki bukaan f/1.8. Harganya relatif murah (Nikon 1,4 juta, Canon 1 juta). Walaupun murah, kemampuannya sudah sangat canggih. Lensa 50mm ini adalah lensa wajib yang umumnya pasti dimiliki oleh fotografer profesional. Saking populernya karena bagus dan murah, lensa ini memiliki julukan tersendiri, yaitu nifty-fifty
.
Membahas pilihan lensa panjang urusannya. Kita akan bahas lebih detail pada artikel yang lain. Untuk kali ini, cukuplah dua lensa saja yang saya rekomendasikan, lensa kit dan lensa 50mm f/1.8.
Flash
Memotret dengan cahaya seadanya harus dikuasai dengan baik. Setelah mahir, kita dapat menambahkan sumber cahaya ekstra untuk menimbulkan berbagai efek kreatif dan mengatur mood foto.
Selain itu, dengan adanya flash kita jadi bisa mendapatkan hasil foto sesuai keinginan kita, bagaimanapun situasi lingkungan. Sebagai contoh, foto di atas dibuat siang hari dalam ruangan yang terang. Dengan penggunaan flash yang tepat, ruangan terang bisa dibuat menjadi gelap.
Contoh lain bisa dilihat di artikel ini, sang fotografer mengubah suasana siang hari menjadi seolah-olah menjelang matahari terbenam. Scroll ke bawah ke bagian Day to Sunset
.
Flash bila dipasang di atas kamera, hasilnya jelek karena tidak ada bayangannya. Bayangan dibutuhkan supaya foto terlihat tiga dimensi. Dengan meletakkan flash di atas kamera, bayangannya tentu akan jatuh di belakang subjek, sehingga tidak terlihat dalam foto. Akibatnya foto kita akan terkesan rata (flat) dua dimensi.
Oleh karena itu, flash harus dilepas dari kamera dan diletakkan di arah yang berbeda, membentuk sudut dengan subjek dan kamera. Untuk keperluan itu, kita membutuhkan trigger dan lightstand.
Flash bermerek harganya cukup mahal. Merek Nikon dan Canon berkisar 3-5 juta satu unit. Tapi jangan khawatir, flash buatan China harganya terjangkau dan kualitasnya memadai. YongNuo mengeluarkan flash YN-460 yang harganya 450 ribu. Kalau mau tampilan yang lebih profesional, bisa ambil YongNuo YN-560II seharga 670 ribu. Tambah sedikit lagi, YN-560III harganya 750 ribu sudah punya built-in receiver sehingga bisa sinkron dengan kamera tanpa trigger.
Trigger
Penggunaan flash untuk efek kreatif biasanya menuntut kita untuk bisa menempatkan flash di mana saja, tidak hanya di atas kamera (on-camera flash). Untuk itu dibutuhkan suatu alat yang dinamakan remote flash trigger
. Fungsinya supaya pada saat kita jepret kamera, flashnya ikut menyala. Bentuknya bisa dilihat di foto perlengkapan saya diatas, benda bulat hitam kecil yang ada sepasang.
Ada beberapa metode untuk sinkronisasi kamera dan flash:
- menggunakan kabel
- menggunakan trigger berbasis cahaya. Trigger ini mendeteksi kalau ada flash lain yang menyala, dan dia akan ikut menyala.
- menggunakan trigger berbasis gelombang radio. Trigger ini biasanya ada sepasang: transmitter (pemancar) dipasang di kamera, dan receiver (penerima) dipasang di flash.
Masing-masing metode ada plus minusnya. Trigger kabel keuntungannya murah dan cepat (karena transmisi melalui kabel lebih cepat daripada gelombang radio), tapi ribet dan terbatas jaraknya. Masa kita mau tarik kabel sejauh 50 meter? Trigger cahaya keuntungannya cepat (sesuai kecepatan cahaya). Bahkan beberapa kamera dan flash sudah memiliki trigger cahaya built-in tanpa harus pasang alat. Kelemahannya, flash harus bisa melihat unit yang mengirim sinyal. Trigger cahaya akan mengalami kesulitan kalau dipakai dibalik tembok atau di kondisi siang yang terang. Trigger radio bisa bekerja di balik tembok maupun di siang terik, tapi kecepatannya lebih rendah daripada trigger cahaya ataupun kabel. Kalau kita bisa pakai shutter speed 1/200 atau bahkan 1/250 dengan trigger kabel dan cahaya, mungkin kita cuma bisa pakai 1/160 dengan trigger radio.
Selanjutnya, kita hanya akan bahas trigger radio, yang paling fleksibel bisa digunakan di mana saja.
Kita membutuhkan minimal dua unit trigger, satu untuk dipasang di kamera (transmitter), satu lagi dipasang di flash (receiver). Ada model trigger yang transmitter dan receivernya sama, bisa dipertukarkan. Istilahnya transceiver. Ada juga yang beda antara receiver dan transmitter.
Trigger yang paling terkenal mereknya Pocket Wizard. Model termurah harganya 2 juta satu buah, bertipe transceiver.
Walaupun demikian, banyak juga trigger buatan China yang murah meriah. Rekomendasi saya adalah YongNuo RF-603. Dia mengeluarkan varian Nikon (RF-603N) dan Canon (RF-603C). Trigger ini sudah terkenal handal dan jauh jangkauannya. Kalau tidak percaya, silahkan cari reviewnya di Google. Dari segi kehandalan tidak kalah dengan trigger mahal. Walaupun demikian, ada beberapa kekurangan kecil yang mudah diatasi.
Trigger YongNuo ini memiliki kelebihan lain. Dia bisa digunakan tanpa receiver di flash YongNuo YN560-III. Kalau kita punya flash tersebut, kita cukup memasang transceiver di kamera saja.
Selain itu, trigger ini juga bisa berfungsi sebagai remote trigger untuk kamera. Jadi kita bisa taruh kamera di tripod dan ikut difoto dengan mudah. Tidak perlu lagi pasang timer, tekan tombol, dan lari secepat mungkin untuk ikutan foto.
Dengan segala kecanggihan ini, berapa harganya?? Ternyata hanya 350 ribu sepasang. Satu unit Pocket Wizard harganya sama dengan enam unit YongNuo RF-603.
Lightstand
Lightstand adalah tiang tempat kita menaruh flash. Kalau tidak punya lightstand, kita harus bawa teman untuk membantu memegang flash. Daripada kita mentraktir teman setiap sesi foto, akan lebih murah kalau kita beli saja lightstand seharga 200 ribuan. Kalau dibandingkan dengan traktiran fastfood setiap sesi, investasi ini akan balik modal dalam 2-3 kali sesi saja ;)
Lightstand tidak perlu yang mahal. Kalau mau bermerek bisa beli Phottix seharga 300 ribu. Mau yang generik (tidak bermerek) juga lebih murah. 150-200 ribu saja.
Flash Hotshoe
Ini gunanya untuk memasang flash di tiang. Biasanya berfungsi ganda untuk memasang payung juga. Harganya 100 ribu untuk yang generik atau 200 ribu merek Phottix.
Payung
Payung berguna untuk memperbesar ukuran sumber cahaya. Kalau kita lihat kepala flash, ukurannya relatif kecil dibanding subjek (bandingkan dengan kepala orang). Ini akan menyebabkan bayangannya menjadi kontras. Sumber cahaya yang kecil disebut dengan istilah hard light. Untuk membuat portrait, akan lebih bagus bila bayangannya lembut. Ini bisa didapatkan bila ukuran sumber cahaya besar. Sumber cahaya besar disebut dengan istilah soft light.
Payung berguna untuk memperbesar ukuran sumber cahaya. Bandingkan saja ukuran payung dengan kepala flash. Cahaya dari lampu flash yang kecil akan melewati payung dulu sehingga menjadi besar.
Contoh pemakaian payung bisa dibaca di artikel ini.
Reflektor
Ini adalah pemantul cahaya yang bisa dilipat. Tersedia dalam berbagai ukuran. Pemantul ini memiliki lapisan yang bisa dibuka dan dibalik, sehingga memiliki lima jenis permukaan:
- hitam
- putih
- perak
- emas
- semi-transparan
Kegunaannya tentu sesuai dengan namanya, yaitu memantulkan cahaya. Contoh pemakaiannya bisa disimak di video berikut, dimana foto bagus dapat dihasilkan dengan menggunakan kamera handphone dan reflektor.
Reflektor harganya berkisar 200 ribuan.
Kesimpulan
Hobi fotografi bisa mahal ataupun murah. Terserah kita mau menghabiskan uang berapa rupiah. Yang jelas, untuk bisa menguasai berbagai teknik tidak butuh kamera mahal. Dengan budget dibawah 3 juta sudah bisa mulai. Penguasaan konsep dan teknik jauh lebih penting daripada harga kamera. Seperti kutipan dari Ansel Adams berikut yang saya jadikan judul blog ini:
The single most important component of a camera is the twelve inches behind it!
Komponen terpenting dari kamera adalah duabelas inci di belakangnya (baca: otak Anda). Si pemegang kamera yang pada akhirnya menentukan keindahan dan kekuatan pesan dari foto yang dihasilkan.
Foto di atas diambil di Bukit Hambalang yang sering kita dengar di berita televisi, menggunakan kamera handphone. Informasi detail tentang fotonya (data EXIF
) bisa dilihat di sini.